Tuhan Tau Kita Mampu

Bukan mimpi kita...bukan pula mau sang buah hati terlahir berbeda dari yang lain
semua sudah menjadi kehendak Tuhan yang harus disyukuri
mereka bukanlah kutukan bukan pula cobaan...tapi mereka adalah hadiah yang Tuhan berikan buat kita
Tuhan percaya kita bisa...Tuhan juga percaya kita mampu memberikan segenap cinta dan seberkas nafas kehidupan yang penuh kebahagiaan buat mereka...
kita punya cinta yang mereka butuhkan...
dan dari segala keterbatasannya..jika mereka mampu ungkapkan dengan kata-kata maka terucaplah "beri kami hidup yang sama berartinya seperti kami mencintai orang-orang yang mencintai kami"
tataplah mata mereka yang penuh harapan...impian juga masa depan...
sebagai "Anak Berkebutuhanan Khusus" mereka juga memiliki hak yang sama dengan yang lain..

with love...dedicated 4 my lovely kid Adhimas "WISNU" Tyagananto..

Selasa, 30 Juni 2020

Pejuang Sindrom Neufrotik ini akan segera menjadi sarjana 👨‍🎓




Si kecil yang lincah Krisna, pada tahun 2017 yang lalu ketika masih duduk dibangku kelas 3 SD ini tiba2 harus terbaring lemah di rumah sakit.
Tiba2 badanya bengkak dan badannya panas, aku berpikir jika alerginya kambuh tetapi ketika aku memberinya obat alergi seperti biasanya tidak juga membuatnya kunjung sembuh tapi malah semakin drop. Akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit dan dokter menyarakan untuk menjalani beberapa tes lab dan hasilnya dinyatakan positif dengan hasil diagnosa Sindrom Neufrotik/SN (ginjal bocor) yang disebabkan oleh faktor genetika & faktor multi imun.
Mendengar penjelasan dokter anak yang menanganinya, hidupku terasa hancur dan dunia seakan terhenti. tidak sanggup membayangkan  bagaimana  anakku menjalani hidupnya kedepan dengan sakit seperti ini?. Tangisku pecah, padahal aku bukanlah seorang yg mudah menangis ketika menerima kenyataan pahit. Tapi tidak kali ini, hasil lab dan kenyataan yang harus aku terima bahwa anak dengan sakit Sindrom neufrotik harus menjalani sepanjang hidupnya dengan obat-obatan karena rentan kambuh dan membayangkan keterbatasan aktivitas semakin membuatku down.
Aku terus bertanya-tanya, kenapa harus anakku? Kenapa sampai seperti ini? Kenapa.. kenapa.. dan kenapa ..??? terus pertanyaan-pertanyaan itu menemani air mataku. Tapi aku harus kuat, aku pasti mampu mendampingi anakku berjuang melawan sakitnya untuk sembuh.

Krisna tidak boleh capek, tidak boleh makan sembarangan harus rutin minum obat, kalau mau minum air putih harus disesuaikan dengan air kencing yang dikeluarkan dan setiap buang air kecil air seninya ditakar untuk mengetahui seberapa banyak air putih yang bisa dia minum setiap harinya dan tidak boleh melebihi air seni yang keluar karena itu akan membuat badannya semakin membengkak karena kebocoran di ginjalnya  semakin parah.
Dia anak yang penurut, aku tahu dia pasti merasa tertekan menerima kenyataan ini tapi aku harus menguatkannya untuk tetap semangat sembuh.
10 hari aku harus bolak balik rumah sakit dan pulang ke rumah karena adik krisna si Wisnu masih kecil dan aku juga harus  memberinya ASI karena umurnya masih 8 bulan, bersyukur keluarga yang lain bergantian menjaga dirumah sakit juga menjaga Wisnu yg masih bayi.
Setiap pulang dari rumah sakit aku langsung mandi dan ganti baju untuk tetap steril ketika akan menggendong & menyusui, apalagi saat itu Jember sedang darurat campak dan banyak pasien campak di rumah sakit.

Akhirnya krisna diperbolehkan pulang dari rumah sakit dengan beberapa aturan yang harus dijalankan untuk menjaga kondisi ginjalnya membaik dan tidak kambuh lagi.

Tidak selesai disana, kenyataan lain membuatku semakin terpuruk, adiknya yang waktu itu masuk usia 9 bulan sakit dan terkena campak sebelum sempat mendapat imunisasi campak dan mengganggu sistem otak kecilnya sehingga  membuatnya lumpuh serta kemampuan motoriknya menurun dan membuatnya harus hidup sebagai anak dengan celebral palsy 😥.
Lagi2 aku tersungkur lemah.. ya Allah cobaan apa lagi ini?? Kenapa harus mereka? Kenapa tidak aku saja yang Engkau beri sakit??. Ya Allah, beri aku kekuatan!
sejak itu hari-hari aku lalui dengan tidak mudah, tapi alhamdulillah banyak cinta dari keluargaku yang mensupport apa yang aku hadapi, begitu berat rasanya cobaan yang harus aku hadapi sampai-sampai dalam waktu 1 bulan itu berat badanku turun 14kg.

Bolak balik rumah sakit untuk kontrol lanjutan  Krisna & dilain hari aku harus kembali ke rumah sakit lagi karena ada jadwalnya berbeda untuk membawa Wisnu menjalani terapi rehab medik untuk melatih kemampuan motoriknya. semua itu menjadi rutinitas yang harus aku jalani selama waktu yang panjang dimana itu sangat menyita banyak waktu, tenaga, pikiran dan biaya. Tapi aku tetap berusaha fight, aku tetap harus kuat menjalaninya demi kesembuhan anak-anakku.

Krisna kecil tidak bisa lagi bermain lari-lari bersama teman-temannya,, karena itu akan membuatnya lelah dan memicu sakitnya kambuh.Makanpun tidak boleh yang terlalu asin, pedas, kecut dan mengandung MSG.
Sekolahpun aku tidak pernah membawakannya uang saku biar tidak jajan sembarangan. segala usaha aku lakukan demi kebaikan dan kesembuhan krisna tetapi tetap sja hampir setiap bulan Krisna masih harus di rawat dirumah sakit karena berkali-kali relap dan membuat sekolah Krisna terbengkalai.

 Ketika akan kenaikan kelas 4 aku dipanggil oleh wali kelasnya, beliau meneteskan air mata dan memohon maaf bahwa Krisna tidak bisa naik kelas bukan karena bodoh tapi karena banyaknya nilai yang ketinggalan & jika dipaksa naik kelas akan menimbulkan rasa diskriminasi pada teman-temannya yang lain karena kebetulan ada yang harus tinggal kelas. Beliau memberikan penawaran bahwaakan  memberikan nilai yang sesuai dan menyatakan naik kelas asal Krisna harus pindah sekolah, aku tertunduk lemah. Aku berpikir bagaimana secara psikis Krisna harus berpisah dari teman2nya yang sudah akrab di sekolah ini?, ya sudahlah.. ini demi kebaikannya.
Sampai di rumah aku konsultasikan pada ibu, beliau bilang sebaiknya Krisna dipindahkan ke sekolah tempat ibu mengajar agar lebih bisa diawasi baik makan dan kegiatan selama di sekolah. Dengan hati2 aku memberi pengertian pada Krisna agar dia siap dengan keputusan ini dan memulai sekolah kelas 4 di sekolah tempat neneknya mengajar.

Semua berjalan baik sampai akhirnya kelulusan kelas 6 SD dan Krisna harus mendaftar masuk SMP. Aku memutuskan memasukkannya ke sekolah dekat rumah yang katanya sih kurang bonafit tapi aku memilihnya dengan alasan aturannya tidak terlalu ketat dan aku bisa menitipkan kepada pihak sekolah bahwa anakku sakit tidak boleh terlalu lelah jadi tidak boleh ikut olah raga dan meminta menggantinya dengan pelajaran tulis bukan fisik. Aku lihat Krisna kecewa dengan sekolah di sana tapi lagi2 aku memberinya pengertian dan memohon segala pengertiannya.

Kelas 2 SMP Krisna harus drop lagi, kali ini dia bukan salah makan atau terlalu lelah, tapi mungkin dia syok menerima kenyataan karena aku harus berpisah dengan bapaknya. Keputusan ini harus aku ambil karena banyak sekali pertimbangan yang memang siap tidak siap harus aku putuskan dan ini demi kebaikan semua. Berkali2 Krisna drop dan masuk rumah sakit lagi, padahal sudah beberapa tahun dia mulai menjalani kehidupan normal. aku merasa berdosa tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain memintanya tetap bersabar dan berjuang.

Lulus dari SMP, krisna aku daftarkan ke SMA swasta bukan sekolan Negeri meskipun nilainya bisa masuk kesana dengan alasan yang sama ketika aku menyekolahkan Krisna ke SMP swasta yaitu agar bisa mendapat dispensasi tentang kondisinya. Kali ini aku memilih SMA yang lumayan bagus dari segi agama.
mengatakan pada Krisna.

"Kamu jangan lelah nurut sama mama ya le.. ini yang terbaik buat kamu. Kalau kamu pandai dimanapun tempatmu bersekolah pasti akan tetap berprestasi"

Krisna pun menjalani masa2 SMA seperti anak2 yang lainnya, aku mulai tidak terlalu membatasi segala aktifitasnya termasuk menjadi anggota Hisbulwaton di sekolahnya. aku  tetap memantau setiap kegiatannya terutama kesehatannya.
Alhamdulillah di sekolah dia termasuk anak yang berprestasi dan tidak jarang dia diikutkan oleh pihak sekolah untuk mewakili mengikuti beberapa olimpiade, kesehatannya pun mulai berangsur membaik dengan teratur mengikuti terapi medis maupun non medis yang harus dia jalani.
Berkali kali aku ucapkan syukur kepada Allah karena kondisinya yang mulai membaik dan normal, begitu juga dengan adiknya Wisnu akhirnya dia bisa berjalan yang mana selama 7 tahun lebih ini dia harus berdiri dibantu wheel dan kursi roda karena celebral palsy yang dia derita.
 Allah memberikan satu lagi karunia bersamaan dengan kebahagiaan itu, ternyata aku lulus tes   CPNS setelah hampir 11 tahun aku mengabdi menjadi guru honorer di sebuah Sekolah Dasar. Tidak henti2nya aku berucap syukur atas segala KaruniaNya.

Tapi, cobaan datang kembali, mbahkung kesayangan Krisna (bapakku) yang selalu mensupport dan membiayai sakit Krisna selama ini jatuh di belakang rumah ketika sepulang dinas bersih2 kolam ikan dan terpeleset ,membuat beliau gegar otak dan meninggal dunia di rumah sakit.
Tidak sampai disitu beberapa bulan kemudian mbah uti (ibuku) yang merawat Krisna sejak bayi juga menyusul bapak menghadap sang Kuasa mungkin karena ibu merasa kehilangan bapak , tiba2 ibu drop dan harus dirawat di rumah sakit dan akhirnya kemudian meninggal dunia.

Aku seolah kehilangan pegangan, pun demikian dengan Krisna yang syok dengan kenyataan itu. Berkali kali aku pesan pada Krisna

"jangan sakit sakit lagi ya le.. kita sekarang sendirian, mbah kung dan mbah uti yang selama ini membantu kita sudah tenang di sisiNya, mama hanya punya kamu dan adik ayo kita harus bisa menghadapi semua ini bersama.. kamu harus kuat ya?"

Sejak itu kami harus menjalani hidup ini bersama sama baik suka maupun duka, Krisna tidak lagi menjadi anak kecil yang harus selalu aku perhatikan dan aku tuntun setiap langkahnya. Sejak itu Krisna sudah menempatkan dirinya sebagai teman berbagi untukku ibunya.

Tibalah waktunya kelulusan SMA, Krisna berniat melanjutkan kuliah dan mengambil jurusan Kedokteran Hewan di Universitas UGM. Kali ini aku benar2 memberinya kebebasan untuknya mengambil keputusan untuk pendidikannya, walau dalam hati berat rasanya membayangkan harus jauh dari Krisna yang dari bayi tidak pernah jauh dariku. Apalagi dengan sakit yang dia derita, mebayangkan bagaimana kalau dia kambuh sementara aku jauh? belum lagi membayangkan biaya yang harus aku keluarkan mengingat di Jogja tidak ada kerabat dan pasti harus kos. Aku juga memikirkan jika jurusan kedokteran hewan pasti biayanya mahal sementara aku hanya single parent dengan gaji CPNS yang masih belum seberapa.

Setelah konsultasi dengan beberapa guru sekolah dan pendamping di tempatnya bimbel, berangkatlah Krisna ke Jogja untuk mengikuti tes dan meminta restu padaku sebelum berangkat. Di rumah aku berdoa semoga diberi kelancaran dan aku meminta yang terbaik buat Krisna.

beberapa hari kemudian, saatnya pengumuman dan ternyata hasil pengumuman menyatakan Krisna tidak lulus. Dia menangis sedih karena harapan dan impiannya tidak terwujud.
Aku juga sedih melihatnya sedih tapi ada sedikit lega bahwa krisna tidak akan jauh-jauh dariku dan aku menaawarkan padanya

"kamu mau ikut tes di universitas lain di Jember apa nunggu sampai tes tahun depan lagi?"

Dengan berpikir panjang akhirnya dia memutuskan ikut tes di universitas Jember dan mengambil jurusan TI karena waktu itu TI adalah prodi baru di fasilkom dan belum masuk dalam SBMPTN jadi untuk masuk jurusan itu harus melalui jalur mandiri dan biaya termurah SPI adalah 25jt belum biaya UKTnya 7,5jt.
Aku terdiam melihat angka itu, tapi Krisna tidak mendapatkan lagi pilihan lain yang diminati selain jurusan itu. Akhirnya aku membuat penawaran lagi

 "mama mau biayai kamu bagaimanapun caranya mendapatkan uang sebanyak itu tp syaratnya 1 kamu harus terus lanjut dan bersungguh2 di sini. Jangan terus kamu tahun depan ikut tes kedokteran hewan lagi, mama tidak ada uang lagi untuk itu le...inipun jalan satu2nya mama harus mencari pinjaman di KPN"

Akhirnya Krisna menerima penawaranku dan mengikuti tes mandiri di Unej dan mengambil jurusan TI di Fasilkom.
Hasil kelulusan sudah keluar & Krisna diterima di TI, daftar ulang hanya diberi waktu 2 hari saja sementara aku hanya memegang uang 500rb saja. Pinjaman yang aku ajukan masih baru bisa cair bulan depan, aku bingung tapi aku tidak boleh mematahakan hati anakku. Aku memutar otak berpikir bagaimana cara mendapatkan uang itu, entahalah..

Tiba2 bu de yang tinggal di Kroya Jawa Tengah kakak kandung ibuku menelepon, beliau menanyakan bagaimana kabar Krisna dan ketrima kuliah dimana?. Akupun menceritakan semuanya dan ternyata diluar dugaan bu de mau memberikan uang untuk Krisna daftar ulang dan boleh membayar semampunya. Ya Allah.. maha baik Engkau memberikan segala kemudahan untuk anak hamba.
Besoknya hari terakhir daftar ulang akhirnya Krisna dapat membayarnya dan aku lihat rona bahagia di wajahnya walau masih terbersit kekecewaan karena gagal masuk jurusan yang dia impikan.

Masa MOS mulai dijalani, aku lihat Krisna masih tampak kurang semangat menjalaninya. Begitu juga di semester-semester awal aku lihat nilai-nilainya pas-pasan saja seakan-akan dia mulai putus asa. Aku tidak henti-henti menasehatinya untuk tetap bangkit dan semangat menjalani semuanya. Melihatku tertatih berjuang mencari uang setiap kali waktunya membayar UKT sebesar 7,5jt setiap semester, Krisna mulai semangat menjalani kuliahnya. Dia mulai mendaftar untuk mendapatkan bea siswa dan alahmdulillah akhirnya dia bisa mendapat beasiswa yang jelas meringankan bebanku dan dari hasil beasiswa itu juga dia bisa menabung untuk membeli sepeda montor sendiri untuk kuliah. Aku lihat Krisna juga  mulai banyak teman, ikut aktif dalam beberapa kegiatan UKM bahkan dia diangkat sebagai ketua UKM Binary di kampusnya. Aku bangga dengan segala usahanya tapi aku tetap dengan nasehat-nasehatku bahwa dia harus tetap fokus dengan kuliahnya dan selalu jaga kesehatan.
Masuk semester ke 2 dia ikut tes menjadi asisten dosen di lab RPL dan ternyata masuk nominasi, sejak itu aktivitasnya bertambah banyak. Ke khawatiranku bukan lagi pada nilai hasil kuliahnya tapi lebih kepada kesehatannya. Jadwal kuliah yang mulai padat dan kegiatan wajib menjadi asisten dosen membuatnya jarang dirumah, aku lihat badannya semakin kurus.
Akhirnya benar saja, tiba-tiba dia mulai batuk tidak berhenti-henti dan badannya panas. Aku mulai panik dan membawanya ke rumah sakit, ternyata hasil lab menyatakan bahwa sakitnya kambuh dan mengharuskan dia dirawat di rumah sakit beberapa hari dan kembali harus mengkonsumsi obat untuk ginjalnya. Di rumah sakitpun dia tetap dengan smartphone nya untuk tetap memantau kuliahnya, UKM Binary dan anak-anak bimbingannya di lab RPL.
Sepulang dari rumah sakit dia hanya keluar rumah untuk kuliah selanjutnya dia menerima bimbingan anak-anak RPL di rumah, memang aku menuntutnya untuk lebih banyak istirahat dan tidak terlalu aktif di segala aktivitas lain yang menguras tenaga dan pikirannya kalau perlu aku menghadap dosen pimpinan lab untuk mengabarkan kondisinya tapi Krisna melarangku.
Persis di semester 5 menjelang keberangkatannya KKN ke kota Situbondo, Krisna kembali drop dan masuk rumah sakit. Akhirnya aku menghadap kepada dosen pembimbing KKN dan meminta ijin jika Krisna agak terlambat untuk datang ke tempat KKN dan beliau mengijinkan. Seminggu kemudian kami antar Krisna ke tempat KKn dengan segala keperluan, obat-obatan juga vitamin. Disana aku menitipkan kepada ketua rombongan.
Setiap hari aku pantau keadaannya melalui story-story WAnya, ig, jg facebooknya. Aku lihat dia bisa menjalani aktifitasnya dengan bahagia bersama teman-teman seperjuangannya KKN, aku sedikit lega dan setiap saat aku menghubungi untuk menanyakan sudah minum obat belum.

40 hari telah dilewati masa-masa KKN dan aku menjemputnya pulang. Sepulang KKN kondisinya aku lihat mulai membaik dan dia harus segera mengerjakan laporan dan siap-siap PPL di kantor Bank BI. Ternyata di akhir kegiatan PPL yang dia tempuh selama 20 hari Krisna kembali drop dan masuk rumah sakit, akhirnya aku harus menyelesaikan beberapa tanggungan tugasnya di Bank BI mengantarkan flasdiks tugas yang diberikan oleh koordinator disana dan sekalian meminta ijin juga meminta maaf atas kondisi Krisna.

bebrapa minggu kemudian kondisi Krisna mulai membaik, meskipun dia harus bolak balik rutin kontrol ke rumah sakit DKT. Karena jadwal kontrol yang selalu bentrok dengan jadwal kuliah dan antrinya terlalu lama akhirnya aku meminta rujukkan pindah ke rumah sakit Siloam. Disana tidak semua biaya di cover BPJS terutama untuk tes lab alergi kami harus mengeluarkan biaya sampai 2,5juta. Beberapa kali tes terpaksa tidak dilakukan karena keterbatasan biaya.

Semester 6, waktunya Krisna menempuh skripsi. Dia mulai mengajukan judul, konsultasi dengan beberapa dosen pembimbing. Selalu dia bilang

 "mama doakan aku dapat pembimbing dan penguji ujian skripsi yang baik ya?, doakan juga skripsiku lancar "

Tanpa dia mintapun, dalam setiap doaku selalu aku meminta yang terbaik untuknya.

Bahan skripsi yang dia tempuh sungguh sangat menguras pikiran, tenaga dan waktunya. Bahkan sering dia harus pulang dini hari demi belajar dan konsultasi program yang dia ajukan sebagai bahan skripsi kepada kakak tingkatnya yang sudah lulus. Aku jadi seorang ibu yang kepo, menayakan banyak hal tentang materi skripsi, seberapa jauh hasilnya, bagaimana hasil konsultasi dengan dosen-dosen pembimbingnya.
Ya Allah.. pikiran khawatirku semakin menjadi jadi, aku benar-benar khawatir dengan kesehatannya. Allah.. bantu dia dengan segala kemudahan dan beri dia kesehatan, itu doa yang selalu aku pinta sama Allah.

Tiba sampai waktunya bahwa jadwal sidang skripsi ditentukan.
Sehari sebelum jadwal sidang terjadi sedikit kekacauan, laptop tempat menyimpan data dan program di sistemnya tiba-tiba tidak bisa dinyalakan dan muncul tulisan "your system computer is error". Krisna panik begitu juga dengan aku, lalu Krisna menghubungi beberpa teman dan meminta panduan via chat WA akhirnya laptop bisa dinyalakan kembali dengan normal dan kamipun lega.

Terimakasih Allah, jadi ingat riwayat bagaimana kami membeli laptop itu awal Krisna masuk kuliah dulu.
Uang sudah habis untuk membayar biaya masuk kuliah sementara Krisna membutuhkan laptop untuk sarana wajib kuliah di TI, aku bingung mengusahakan untuk pembelian laptop yang katanya minimal spechnya harus core i3 yang harganya masih mahal dan kalau membbeli secondpun juga masih dengan harga diatas 3jt.
Tiba-tiba ada tetangga yang WA

 "bu Kris, apa ndak butuh laptop? Ini saya beli laptop bekas buat anak saya ternyata anak saya ndak mau dia minta dibelikan HP"

 akhirnya aku bergegas kerumahnya dan aku maminta suamiku (ayah sambung Krisna & Wisnu) melihat kondisi laptop tersebut, stelah di cek ternyata kondisinya lumayan bagus serta spechnya core i3. Alhamdulillah ternyata tetangga itu juga memberikan keringanan padaku untuk membelinya dengan cara mencicil selama 3x dan harganya pun hanya 2,5 jt. Ya Allah.. maha baik Engkau berkali-kali Krisna diparingi kemudahan dan laptop itupun menemani Krisna kuliah sampai skripsi ini dengan hanya beberapa kali kerewelan kecil saja.

Hari ini tanggal 29 Juni 2020, pagi-pagi sekali krisna sudah bangun dan mandi siap-siap berangkat ke rumah Linda teman 1 kampus tapi beda jurusan yang sama-sama memiliki jadwal sidang skripsi yang sama hanya beda jam saja. Krisna akan melakukan sidang skripsi di rumah linda via ZOOM dengan para dosen pembimbing dan penguji, karena sinyal data di rumah kurang baik jadi dia menumpang sidang skripsi di rumah Linda.

"Mama.. aku berangkat ya? Doakan aku lulus.."

dia berpamitan dan mencium tanganku.

"Iya le.. mama doakan semoga lulus dan lancar"

Selepas Krisna berangkat aku segera mandi dan ganti baju karena aku juga harus segera berangkat ke sekolah karena hari ini ada pengumuman penerimaan siswa baru dan persiapan sertijab kepala sekolah baru sementara aku adalah panitianya.
Aku duduk di kursi ruang tamu, aku tidak segera berangkat tapi aku duduk sambil terus membaca sholawat, alfathehah dan wirid. Memohon sidang skripsi Krisna diberi kelancaran mengingat kejadian laptop kemaren yang sempat error membuatku khawatir.

Beberapa waktu kemudian ada telepon dari sekolah dan memintaku segera berangkat. Di sekolah tidak henti-hentinya aku buka WA dan aku lihat story WA krisna masih sepi belum ada story yang dia posting tentang sidang skripsi. Aku masih deg-degan menanti kabar darinya.
Jam 11 siang aku lihat WAnya mulai online dan akupun memulai chat

"gimana le.. sudah selesai sidangnya?"

Dia hanya membalas

"lulus"

Aku ucapkan alhamdulillah berkali-kali.

Sampai dirumah seperti biasa Krisna yang dekat dan selalu terbuka padaku, bercerita panjang lebar tentang proses sidang skripsi via ZOOM. Akupun mendengarkan semua yang dia ceritakan dengan selalu mengucapkan alhamdulillah ya Allah dalam hati.

Meskipun mungkin ada beberapa orang yang beranggapan bahwa sidang skripsi generasi corona dijamin lulus, tapi aku lebih melihat bagaimana perjuangan Krisna untuk tetap bisa menampillan materi sidang  skripsinya sebaik mungkin dan tetap fight menempuh segala proses kuliah meskipun harus berkali-kali drop karena sakit tapi akhirnya dia bisa melewati semua itu dengan baik.

"Setelah ini kamu istirahat yang banyak ya le.. kasihan ginjalmu"

kataku padanya.

Sekali lagi selamat le.. semoga perjuanganmu  menjalani semua ini sambil berjuang menghadapi Neufrotik Sindrom yang ada ditubuhmu ini akan membawa berkah untuk masa depanmu dan menjadikan kesembuhan yang total. Aamiin...

Dis by ur mom 😘

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=4268663333144588&id=100000028903742

Tidak ada komentar:

Posting Komentar